Suhudi Dieng berkisar antara 14-17'c pada siang hari, dan pada malam hari berkisar 10' bulan-bulan tertentu seperti bulan juni-agustus suhu pada malam hari turun sangat drastis,kadang bisa mencapai 5'c. Sehingga pada bulan-bulan tersebut sering terjadi ''FROST".(embun yang mengkristal) fenomena alam tersebut bagi masyarakat Dieng
Masyarakatdi sekitar Gunung Dieng, Jawa Tengah, hingga malam ini tetap tenang meski status gunung tersebut telah dinaikkan menjadi waspada sejak Kamis Top News Terkini
Pukul2 malam, tanpa dibangunin gw udah bangun siap menyambut golden sunrise di bukit sikunir. Sedari malam kita udah diingetin supaya jangan mandi di Jelajah Dieng di Pagi Buta Halaman 1 - Kompasiana.com
DataranTinggi Dieng secara umum terbagi menjadi dua wilayah Administratif.Dieng Kulon masuk kabupaten Banjarnegara, sedangkan Dieng Wetan masuk kabupaten Wonosobo.Sinergi Positif antara Masyarakat Lokal, serta Dinas Pemerintah kedua Kabupaten tersebut berimbas pada meningkatnya pembangunan sarana dan prasarana kepariwisataan sehingga langsung maupun tidak langsung ikut menunjang kemajuan
Baiksifat, kepribadian maupun cara bicara. Hampirlah boleh dikatakan Naufal Itmami telah berubah 99,99%. Dulu aku berbicara sekenanya, njewah. Tak pernah pandang bulu. Entah orang itu sudah tua atau masih muda. Tetap bahasaku "lo" dan "gue". Sekarang aku kudu berpikir terlebih dahulu siapa orang yang aku ajak bicara.
Saatdi Pyongyang, ketika pagi-pagi kami bersiap kluar, banyak bertemu warga lokal yang bersiap pergi kerja dan sekolah. Pakaiannya rapi, walopun terlihat oldies. Tapi ada satu yang menjadi pertanyaan, 5 hari di Korut, aku hanya SEKALI melihat wanita pakai celana panjang, itupun dalam seragam militer.
BolehkahMuslimah Memakai Jaket di Luar Rumah. Posted on May 6, 2020 by Raditya Dika. Pakaian adalah salah satu nikmat Allah Ta'ala. Allah jadikan manusia memiliki pakaian-pakaian yang memberikan banyak maslahah untuk manusia. Allah Ta'ala berfirman: Hukum Memakai Jaket Bagi Wanita
CQhlI. by Bill Bateman, Curtin University and Trish Fleming, Associate Professor, Murdoch University — Our thanks to The Conversation, where this article was originally published on July 25, 2018. The case of Debbie Rundle, who was attacked by dingoes at a mine site in Telfer, in Western Australia’s Pilbara region, evokes our instinctive horror at the idea of being attacked by wild animals. Rundle suffered severe leg injuries in the incident, and said she feared she may have been killed had her colleagues not come to her aid. Read more Azaria Chamberlain inquest forget the dingo jokes and recognise Lindy’s trauma We know that there are carnivores throughout the world with the potential to kill us. And while most of us will never come face to face with a hungry wolf, lion, tiger or bear, such attacks do unfortunately still occur. In the scale of things, such attacks are very uncommon – although that is little consolation to the victim. Australia’s dingoes are no exception; despite some infamous examples, dingo attacks on humans are mercifully rare. But people will still understandably want to know why they happen at all, and what can be done to prevent them. Why do wild animals attack? Research on wolf attacks shows that, absent the influence of rabies which can increase wolves’ aggression, two common factors associated with attacks are that they often happen in human-modified environments, and by animals that are habituated to human presence. These two variables are obviously linked many species of mammalian carnivore are highly adaptable, and soon learn that human settlements are sources of food, water and shelter. These human resources can have a profound effect on the behaviour of wild animals. Abundant human food often reduces animals’ aggression towards one another, and can result in the presence of much larger numbers of individuals than normal. This is equally true of dingoes. Although they are usually observed alone, it is not uncommon to see groups of ten or more dingoes foraging at rubbish dumps associated with mine sites in the Tanami Desert of central Australia. There are thought to be around 100 dingoes that forage in and around the Telfer mine where Rundle was attacked. Waste food may inadvertently entice animals to human settlements, and this may lead to predators becoming habituated to human presence. In Canada, a young man fell victim to a wolf attack at a mine site; the local wolves were reported to be used to humans, and would even follow rubbish trucks to the tip. They may have come to associate human smells with the provision of food. Animals that are habituated to humans lose some of their natural wariness towards them. This is typical of many animal species that adapt to urban habitats, and while this may be an appealing trait in squirrels or garden birds, it can be quite different if the animal is a predator capable of attacking a human. Coyotes can be dangerous, especially when they get used to living in human environments. Marya/Flickr/Wikimedia Commons, CC BY-SA In the United States, there have been many reports of coyotes attacking humans. The coyote, like the dingo, is reasonably large typically weighing 10–16kg and can be found in close association with urban areas. The coyote’s natural range has expanded as wolves their competitor have dwindled, and their numbers have increased in and around cities where they find copious and consistent supplies of food and water. A survey of reported attacks on humans by coyotes showed that many were “investigative”, often involving the animal trying to steal something they perceived as food from the person. Other attacks by coyotes could be identified as “predatory”, in which the victim was pursued and bitten, and often occurred when the coyotes were in a group. Read more Dingoes do bark why most dingo facts you think you know are wrong The Telfer dingo attack similarly appears to have been investigative – a young dingo climbed onto a table and grabbed Rundle’s phone. But the incident turned nasty when Rundle perhaps understandably followed the dingo that had her phone; this seemed to trigger a defensive or predatory attack from two other dingoes. On Queensland’s Fraser Island, more than half of the recorded aggressive incidents by dingoes towards humans happened when the person was walking or running, suggesting that a “chase” response may have been involved. The Telfer site, like other mine sites, has strict rules about putting waste food in bins, and managers have been proactive in training workers to not feed dingoes, in an attempt to prevent just such attacks. Rundle certainly seems to have followed these rules. Unfortunately, in her case, other variables contributed to the attack – an investigative approach by one dingo that stole an item that may have smelled of food seems to have turned into an aggressive group attack when she followed the animals. Read more Want dingoes to leave people alone? Cut the junk food What can we do to prevent such attacks? Mine site managers already do much to reduce the likelihood of such incidents by reducing dingoes’ access to food. Fencing off eating areas or storing food in cages – as is done at Fraser Island – can help in this regard. Interestingly, many people believe that it is best not to act aggressively when they encounter a large carnivore, but in reality it depends on the species. For wolves and pumas, the best tactic seems to be to shout and throw objects to put them off. Ultimately, the onus is on individual people to be aware of the potential danger of wild predators, and always to treat them with wariness and respect. Top image Dingoes are usually solitary, but can forage in groups near human settlements where food is abundant. Klaasmer/Wikimedia Commons, CC BY-SA. Bill Bateman, Senior Lecturer, Curtin University and Trish Fleming, Associate Professor, Murdoch University This article was originally published on The Conversation. Read the original article.
Dieng adalah destinasi yang banyak menjadi tujuan wisata oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Dieng juga memiliki keindahan dan kekayaan alam yang luar biasa, mulai dari panas bumi sampai dengan pemandangan alam yang begitu indah. Di balik itu semua, terdapat kebiasaan unik masyarakat Dieng yang berbeda dari masyarakat lainnya, di antaranya 1. Bersarung Jika di daerah lain sarung digunakan sebagai alat untuk melakukan shalat, di daerah Dieng sarung bukan hanya digunakan sebagai alat ibadah, namun sebagai alat multifungsi. Selain untuk shalat, di Dieng, sarung juga biasa digunakan untuk kalung atau digunakan sebagai selimut penghangat badan. Dieng termasuk daerah dengan suhu yang sangat dingin. Jika anda melihat masyarakat Dieng maka anda akan melihat lelaki di sana mengenakan celana panjang, memakai jaket tebal, dan juga memakai sarung yang dikalungkan di leher untuk penghangat badan. Ini lah salah satu ciri khas masyarakat Dieng. 2. Kerupuk dihitung per bungkus Jika kita makan bakso, biasanya kerupuk akan dihitung satuan, misalnya satu kerupuk harganya bisa jika makan 3 kerupuk maka kita harus bayar Tapi berbeda jika anda makan di warung daerah Dieng, makan kerupuk dihitung per bungkus, satu bungkus berisi 5 kerupuk dan harganya hanya padahal ukuran kerupuk bisa sama dengan kerupuk di tempat-tempat lain. 3. Mengambil nasi sepuasnya Jika anda membeli makan di warung-warung milik warga Dieng, cara makannya seperti makan di warung Padang. Anda boleh mengambil nasi sebanyak yang mau. Karena disajikan ala prasmanan, maka Anda juga bisa memilih lauk sesukanya, namun yang akan dihitung hanya lauknya saja, sedangkan nasi silakan ambil sepuasnya. 4. Gadis dieng merona tanpa blush on Dieng adalah salah satu daerah tertinggi di Indonesia yang memiliki iklim dingin, sehingga bila anda melihat warga Dieng, khususnya para gadisnya, Anda akan dapati pipi mereka merona merah tanpa blush on. Ini merupakan pesona dan ciri khas wanita Dieng. 5. Religius Masyarakat Dieng adalah masyarakat yang religius dan mayoritas muslim. Kita bisa shalat di musholla atau masjid, bahkan kita bisa dengan mudah menumpang shalat di rumah warga atau menumpang wudhu di sana. Masyarakat Dieng, juga sangat ramah dan sangat menghormati tamu pendatang. Mungkin inilah salah satu hal yang menyebabkan wisata Dieng bisa terkenal dan banyak dikunjungi. 6. Mayoritas petani Masyarakat Dieng mayoritas bekerja sebagai petani. Yang membedakan, di sana mereka yang bekerja langsung ke sawah dan ladang bukan hanya lelaki, tapi juga para perempuannya. Laki-laki dan perempuan sama-sama berkebun dan bertani. 7. Pamali menolak makanan Jika anda memiliki saudara di daerah Dieng pastinya sudah mengetahui budaya makan bagi tamu. Masyarakat Dieng sangat ramah apalagi jika anda ke Dieng dengan saudara yang memiliki kerabat di sana, pasti anda diharuskan untuk makan. Meskipun anda sudah kenyang setidaknya anda menuruti mereka untuk makan meskipun hanya satu atau dua suap, hal dilakukan untuk menghormati tuan rumah. Karena jika anda menolak untuk makan, itu akan membuat tuan rumah marah dan kecewa. Karena di daerah Dieng menyuruh tamu untuk makan di rumahnya adalah sebuah kehormatan. 8. Kreatif Ini lah kebiasaan masyarakat Dieng lainnya, yaitu meja mereka selalu penuh dengan makanan. Tetapi bukan makanan pabrikan. Melainkan makanan kreasi dari masyarakat sendiri mulai dari keripik bayam, manisan carica dan beragam makanan lainnya hasil olahan kreasi masyarakat setempat. Jika anda ingin melihat makanan-makanan unik di daerah Dieng saya sarankan anda untuk berkunjung ke pasar Batur Banjarnegara. 9. Anak gimbal Keunikan anak gimbal di Dieng adalah ketika mereka akan dicukur rambutnya. Ketika mereka akan dicukur rambut gimbalnya, maka sang anak tersebut diperbolehkan meminta sesuatu keinginan yang akan dipenuhi oleh orang tuanya. 10. Berkumpul di tungku perapian Masyarakat Dieng yang daerahnya dingin memiliki kebiasaan berkumpul di dapur. Hal ini dilakukan oleh keluarga, maupun kerabat dekat. Biasanya mereka duduk di jengkok tempat duduk kecil yang terbuat dari kayu setinggi satu jengkal sebagai tempat duduk dan semua keluarga berkumpul mengitari tungku perapian yang biasa disebut dengan pawon. Di tempat inilah biasanya keluarga berkumpul dan mengobrol sembari ditemani minuman hangat dan camilan-camilan kecil.
1. Kram karena panas Kejang otot ini terjadi karena tubuh kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar akibat dari produksi keringat berlebih. Biasanya seseorang akan mengalami kram panas apabila melakukan aktivitas fisik yang berat dan dalam kondisi cuaca yang panas. 2. Dehidrasi berat Kita semua akrab dengan dehidrasi, tetapi apabila Anda memaksakan lari pakai jaket hal ini tentunya akan memicu tubuh kehilangan cairan yang lebih banyak. Gejala yang paling umum ketika seseorang mengalami dehidrasi berat, antara lain pusing, kelelahan, dan bahkan disorientasi mental seperti kelinglungan. 3. Heat exhaustion Heat exhaustion terjadi akibat seseorang menyepelekan gejala kram panas, sehingga tubuh yang terpapar panas selama berjam-jam kehilangan banyak cairan akibat keringat berlebih. Jika Anda mengalami kondisi ini, umumnya akan timbul gejala berupa tubuh kelelahan, pusing, lemas, tekanan darah rendah, bahkan sampai pingsan. 4. Heat stroke Heat stroke merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat paparan panas dalam waktu yang sangat lama, yang mana seseorang tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Jika tidak segera mendapat pengobatan, heat stroke bisa menyebabkan kerusakan yang permanen, bahkan kematian. Seseorang yang mengalami heat stroke akan menunjukkan gejala, seperti pandangan mulai berkunang-kunang, wajah pucat, tangan dingin, hingga tak sadarkan diri. Selain itu, darah juga akan mengental saat tubuh kekurangan cairan, sehingga aliran darah ke seluruh tubuh menjadi terganggu, termasuk ke jantung hingga otak. Agar aman, apa saja yang harus dipersiapkan sebelum olahraga lari? Selain itu, agar olahraga kardio ini aman untuk Anda lakukan, terdapat beberapa tips aman sebelum lari seperti berikut ini. Gunakanlah pakaian olahraga yang nyaman, misalnya tidak pakai pakaian yang berbahan tebal. Lebih baik gunakan pakaian yang tipis dan tidak menyerap keringat. Intinya, pakailah pakaian yang memudahkan penguapan keringat saat berlari. Jangan lari saat tengah hari bolong, sebaiknya Anda lari saat pagi hari saat udara masih dalam temperatur rendah. Selain itu, udara pagi juga masih segar sehingga membuat Anda lebih bersemangat ketika berolahraga. Sangat penting bagi Anda untuk memperhatikan asupan cairan ketika berolahraga. Oleh sebab itu, jangan lupa untuk minum air putih maupun minuman isotonik olahraga untuk menghindari dehidrasi saat berlari. Gunakan sepatu khusus lari, karena menggunakan sepatu sesuai dengan fungsinya akan membantu menghindarkan dari cedera. Sepatu lari mempunyai bobot yang lebih ringan, sehingga bisa memudahkan pemakainya leluasa bergerak. Biarpun lari pakai jaket memiliki risiko berbahaya, bukan berarti jaket tidak boleh Anda gunakan sama sekali saat berlari. Anda mungkin bisa memakai jaket berbahan sintetis, misalnya jaket parasut, ketika berolahraga di musim hujan. Jaket khusus untuk lari ini bisa membantu Anda menahan air hujan dan terpaan angin. Pilihlah jaket yang memiliki ventilasi udara dan bagian reflektif untuk keamanan Anda selama berlari. Hindari berlari dengan pakaian menyerap air dan keringat, karena hal ini bisa membuat suhu tubuh Anda lebih cepat turun saat musim hujan.
Mungkin hampir sama dengan masyarakat lain yang hidup di daerah pegunungan yang biasanya hidup rukun, memiliki jiwa sosial tinggi ,pekerja keras dan teposliro , demikian halnya dengan masyarakat Dieng. Kehidupan awalmasyarakat Dieng tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat Bali ,di kalangan masyarakat Hindu Bali, Dieng dianggap merupakan tempat asal-usul leluhur mereka, khususnya dalam pengembangan agama Hindu. Di Dienglah mula-mula ditemukan candi Hindu Siwaistis. Para pemuka agama di Bali mengunjungi Dieng setiap setahun sekali dalam upacara muspe atau mabakti. Dalam upacara ini, peziarah dari Bali mengambil air suci dari Gua Sumur, di pinggir tlaga warna / air pawitrasari. Masyarakat dataran tinggi Dieng adalah bagian dari Suku Jawa dan merupakan pemeluk agama Islam yang patuh dan taat. Disisi lain kebudayaan Jawa di sebagian masyarakat masih mendarah daging, masyarakat dataran tinggi Dieng termasuk pemeluk agama Islam yang sinktretisme. Misalnya masih adanya ritual adat Jawa yang berbau animisme dan dinamisme. Terutama pada tempat yang dianggap dan dipercayai masyarakat dataran tinggi Dieng sebagai tempat keramat dan berbagai mitos yang ada di dataran tinggi Dieng. Masyarakat Dieng tidak menutup diri terhadap pengaruh hal – hal modern akan tetapi masih ada beberapa tradisi yang dipegang teguh seperti dalam acara adat perkawinan, khitanan, kematian, kelahiran, dan ruwatan dalam kebudayaan Jawa. Fenomena seperti ini sering terjadi pada masyarakat tradisional Jawa mengingat masyarakat tradisional Jawa masih percaya pada kekuatan di luar diri manusia Selain adanya kesamaan dari cara hidup masyarakatnya akan tetapi ada fenomena yang tidak pernah sama dengan daerah manapun yaitu adanya fenomena alam dan fenomena yang terjadi pada masyarakatnya . Fenomena alam misalnya adanya kawah dan beberapa telaga. Masyarakat daratan tinggi Dieng mempunyai keunikan pada sebagian besar anak- anak mereka. Fenomena yang terjadi pada anak- anak di dataran tinggi Dieng telah terjadi secara turun-temurun yang melekat pada masyarakat dataran tinggi Dieng. Fenomena yang terjadi pada masyarakat dataran tinggi Dieng adalah adanya anak berambut gembel yang merupakan legenda hidup masyarakat Dieng. Seperti masyarakat lain yang menghuni daerah pegunungan, masyarakat Dieng dikaruniai tanah yang sangat subur dan air jernih yang melimpah, Pertanian adalah mata pencaharian utama yangdigeluti secara turun temurun oleh masyarakatnya. Komoditas utama yang dibudidayakan adalah Kentang yang pernah menjadi andalan utama perekonomian masyarakat Dieng, bahkan membawa perubahan sosial ekonomi yang luar biasa dan membuka modernisasi tersendiri bagi masyarakat Dieng, mulai dari bangunan rumahnya, alat transportasinya, peralatan pertaniannya dan sisi kehidupan lainnya. Masyarakat Dieng termasuk memiliki tipe pekerja keras yang dapat dilihat setiap pagi mereka berjalan kepuncak gunung untuk menggarap lahan pertaniannya, bahkan sampai puncak gunungpun diolah, membentuk garis-garis lurus hasil cangkulan mereka, dikawasan Dieng sepertinya tidak ada sejengkal tanahpun yang dibiarkan menganggur tanpa tanaman, di satu sisi hal tersebut sangat baik akan tetapi disisi lainya sangat membayakan bagi kelangsungan hidup warganya karena fungsi lindungnya diabaikan. Masyarakat Dieng termasuk pemeluk Islam yang taat dan memiliki toleransi tinggi terhadap kepercayaan lain,hal ini dapat dilihat pada saat ada orang yang membakar kemenyan di komplek candi, melakukan pertapaan di goa- goa sekitar Telaga warna dan kegiatan lain yangbersifat keagamaan tidak pernah ada yang kemudian mengganggunya. Keterbukaan ini tentu saja menjadi nilai tersendiri bagi daerah Dieng saat sektor pariwisata mulai banyak dijalani oleh masyarakatnya. Tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Dieng bisa jadi agak beda dengan yang lain sepertiyang ada di Tengger, atau didataran tinggi lainnya , masyarakat memiliki kebiasaan Karing / berjemur matahari pada pagi hari, da nada kebiasaan lain seperti saat menerima tamu biasanya akan diajak langsung ke Dapur perapian untuk Genen /Menghangatkan diri di depan tungku sampai kakinya Mongen / menghitam karena selalu kena panas api. Makananyang biasa dikonsumsi oleh masyarakatnya adalah Nasi Jagung,nasi Beras, sayur Lombok Bandung, Thikil kubis, Kacang babi, Rese/ Ikan asin, sayur kentang , minuman purwaceng dan carica dan lainya, makanan seperti ini bisa jadi sangat nikmat dan diminati juga oleh warga dari luar Dieng.
Dieng adalah dataran tinggi yang wilayahnya meliputi kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo yang berada di ketinggian sekitar 2000+ mdpl dengan rata-rata masyarakatnya berpencaharian sebagai petani, komoditas utamanya adalah kentang, wortel, kubis dan sayuran lainya. secara admisnistratif wilayah dieng terbagi menjadi dua yaitu Dieng kulon dan Dieng wetan, untuk dieng kulon masuk ke kecamatan Batur, Banjarnegara sedangkan dieng wetan berada di kecamatan Kejajar, wonosobo. Dieng memiliki suhu rata-rata sekitar 16-20 derajat celcius di siang hari dan 10 derajat di malam hari pada musim kemarau, dan kadang pada bulan juni-agustus embun di wilayah dieng bersuhu di bawah 0 derajat sehingga membeku, masyarakat sekitar menyebutnya mbun upas atau embun racun karena embun yang menempel pada tanaman akan mengakibatkan kematian pada tanaman tersebut yang mengakibatkan kerugian para petani. Potensi alam kawasan dieng sangat melimpah, dan saat hingga saat ini masih terus di manfaatkan oleh masyarakat dengan maksimal, dari hasil penelitian yang dulu dilakukan, tanah di kawasan Dieng sangat cocok untuk ditanami tanaman Kentang, dari situlah perekonomian masyarakat dieng mulai meningkat, sayangnya eksploitasi besar-besaran terhadap Kentang tersebut mulai berdampak buruk bagi lingkungan, pasalnya para petani disini memakai pupuk kimia atau pestisida secara berlebih selain itu pembukaan lahan pertanian disini cukup membahayakan karena lahan untuk pertanian kentang membutuhkan lahan tanpa tanaman lain, pohon di bukit di babat habis untuk pembukaan lahan pertanian kentang, hal ini menyebabkan tanah menjadi labil karena tidak ada akar kuat yang menopang tanah di lereng bukit yang menyebabkan potensi longsor. kemudian dampak dari pertanian tersebut yaitu erosi tanah yang menyebabkan sedimentasi di aliran sungai serayu yang memiliki hulu di daerah Tuk Bima lukar, pengukuran erosi lingkungan dapat dilakukan di daerah aliran sungai DAS, dari tahun ke tahun sedimen di sungai Serayu semakin Parah yang berdampak pada menurunya volume tampung Bendungan Jendral Soedirman yang berfungsi sebagai penggerak turbin PLTA Mrica Banjarnegara, sehingga listrik yang di distribusikan ke wilayah Jawa-Bali mengalami penurunan. hingga saat ini belum ada upaya dari pemerintah untuk itu. Selain potensi pertanian, wilayah dieng memiliki potensi panas bumi atau Geothermal yang dapat di fungsikan untuk pembangkit listrik. Prospek pemanfaatn energi panas bumi ini sudah dilakukan sejak tahun 1918 oleh pemerintahan Hindia Belanda dan awal pemanfaatanya dilakukan pada tahun 1981-1983 untuk tahap uji coba oleh Pertamina dengan unit power plant kecil bertenaga 2 Megawatt, untuk pengembangan potensi Geothermal ini dilanjutkan oleh Himpurna California Energy Ltd. HCE pada tahun 1994 dengan hasil produksi listrik sebesar 60 MW. HCE membangun jaringan pipa-pipa penghubung sumur penghasil uap panas dengan power plan. pada tahun 1998 terjadi sengketa antara HCE dengan PT. PLN, dan pada tahun 2000 sengketa itu dimenangkan oleh HCE. Pada tahun 2002 pemanfaatn Geothermal tersebut dipegang oleh Energi yaitu anak perusahaan dari Pertamina dan PLN yang masih berlanjut hingga saat ini 2016 yang mampu menghasilkan listrik berdaya 60 MegaWatt untuk wilayah Jawa dan Bali. Budaya Pertunjukan kesenian daerah saat DCF Masyarakat lereng Dieng memiliki tradisi unik pencukuran rambut gembel yaitu ruwatan, pencukuran rambut anak gembel ini tidak sesederhana pencukuran rambut biasa, untuk mencukur rambut tersebut, harus dari keinginan anak pemilik rambut gembel itu sendiri bukan dari keinginan orang tua ataupun paksaan, karena anak berambut gembel disini sangat di sakralkan, menurut mitos yang beredar pemilik rambut gembel disini adalah titisan para leluhur dieng. Upacara ruwatan ini dilakukan secara masal setiap tahun, yaitu Dieng Culture Festival DCF acara ini dirintis sejak tahun 2009, pada saat itu acara DCF pertama kali di rayakan, Festival ini dirintis oleh Dinas Pariwisata Banjarnegara dan Wonosobo, dan Panitia DCF dari kelompok sadar wisata Pokdarwis PANDHAWA yang berada di Dieng kulon, acara ini diminati masyarakat, tidak hanya masyarakat sekitar tetapi dari luar kota maupun mancanegara, untuk festival ini sudah dilakukan selam 6 kali, yang terakhir adalah Dieng Culture Festival VI pada tahun 2015, dan rencana tahun ini akan diadakan DCF ke -7 untuk tiket DCF VII sudah tersedia di Indonesia yang kaya akan potensi alam dan budayanya harus kita syukuri dan harus dijaga agar tetap lestari. Writed and Posted by Havid Adhitama copyright Sebagian foto adalah dokumentasi penulis Peta Lokasi Datarran Tinggi Dieng
masyarakat dieng di kesehariannya sering memakai jaket karena